Jakarta – Haji mabrur menjadi dambaan setiap umat Islam selepas menunaikan ibadah haji di Makkah. Haji yang mabrur berarti haji yang baik atau mendatangkan kebaikan kepada pemiliknya.
Mengutip buku Sederhana Indah oleh Didin Hafidhudin, menurut para ulama, haji mabrur ini adalah haji yang tidak dicampuri atau dinodai dengan dosa-dosa. Ini mengandung makna bahwa kebaikan haji akan diperoleh jemaah yang telah membentengi dirinya dari dosa-dosa besar maupun kecil.
Haji merupakan rukun Islam kelima dan Allah SWT mewajibkannya bagi mereka yang mampu. Hal tersebut dijelaskan di dalam Kitab Fiqhul Islam Wa Adillatuhu Juz 4 karya Wahbah Az-Zuhaili terjemahan Abdul Hayyie Al Kattani yang bersandar pada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA.
سُئِلَ رَسُولُ الله : أَيُّ الْأَعْمَالَ أَفْضَلُ؟ قَالَ إِيْمَانَ باللهِ وَبِرَسُولِهِ، قِيلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: جَهَادٌ فِي سَبِيلِ اللهِ، قِيلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: حَجٌ مَبْرُورٌ
Artinya: “Rasulullah SAW pernah ditanya, ‘Amal apa yang paling afdhal?’ Beliau menjawab, ‘Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.’ Beliau ditanya lagi, ‘Setelah itu amal apa?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Allah.’ Beliau ditanya lagi. ‘Selanjutnya apa?’ Beliau menjawab, ‘Haji yang mabrur’.” (HR Bukhari Muslim)
Arti Haji Mabrur
Secara agama, haji adalah rukun Islam kelima yang dilakukan di Makkah dengan melaksanakan rukun-rukunnya dan dikerjakan hanya pada bulan Dzulhijjah. Enam rukun haji itu diantaranya adalah niat, ihram, tawaf, sai, wukuf di Arafah dan tahalul.
Kemudian, dalam buku Catatan Ramadhan oleh Kholid A. Harras, disebutkan bahwa kata “mabrur” berasal dari kata “barra-yaburru-barran” atau “al-barra,” yang berarti berbuat baik atau patuh. Kata “al-birrun” berarti kebaikan (ketaatan dan kesalehan) dan juga berarti maqbul atau diterima.
Sehingga terdapat dua pengertian haji mabrur. Pertama, haji mabrur adalah haji yang manasik atau pelaksanaannya sesuai dengan ajaran dan tuntunan dari Rasulullah SAW.
Kedua, haji mabrur berarti maqbul atau diterima. Artinya, ibadah haji yang dijalankan seseorang sesuai dengan tuntunan dan contoh Rasulullah SAW serta diterima oleh Allah sWT.
Dalam bahasa yang lebih sederhana, Imam Nawawi memberikan definisi haji mabrur adalah haji yang buah atau hasilnya tampak jelas pada setiap pelakunya. Buah haji itu tidak lain adalah menguatnya iman dan meningkatnya ibadah, dengan demikian maka keadaan jemaah setelah menunaikan ibadah haji harusnya jauh lebih baik dari sebelumnya.
Syarat Haji Mabrur
Haji mabrur sebagaimana yang dijelaskan Imam Ibnu Abdil Barr adalah haji yang tidak tercampur dengan perbuatan riya, sum’ah, rafats, fusuq dan dilaksanakan dengan harta yang halal”. Dengan demikian, Abbas Jumadi, Hudayanur dan Aminah Abusaman dalam buku ibadah haji menyimpulkan syarat untuk memperoleh predikat haji yang mabrur sebagai berikut:
• Dilakukan dengan ikhlas
• Biaya pelaksanaan haji dari harta yang halal
• Menjauhi segala dosa dan perbuatan maksiat, segala macam perbuatan bid’ah dan semua hal yang menyelisihi syariat
• Dilakukan dengan penuh akhlak yang mulia dan kelemah lembutan, serta dengan sikap rendah hati
• Dilaksanakan dengan penuh penghormatan terhadap syiar-syiar Allah SWT
Baca Juga: Meninggal Di Tanah Suci, Apakah Bisa Dibawa Pulang?
Tanda-tanda Haji Mabrur
Ustadz A Solihin As Suhaili dalam buku Tuntunan Super Lengkap Haji dan Umrah, haji mabrur akan mendapatkan keuntungan yang banyak dari Allah. Salah satu dari keuntungannya adalah jaminan surga.
Penyematan gelar haji mabrur sejatinya adalah anugerah dari Allah SWT kepada hamba yang terpilih. Berikut ini adalah ciri-ciri seseorang yang menjadi haji mabrur:
• Santun dalam bertutur kata (thayyibul kalam)
• Menebarkan kedamaian (ifsya’us salam)
• Mempunyai kepedulian sosial dengan mengenyangkan orang lapar (ith’amut tha’am)
Cara Menjaga Kemabruran Haji
Sesungguhnya bagian tersulit setelah memperoleh haji mabrur adalah mempertahankan kemabruran itu sendiri. Kemabruran haji sangat penting dijaga dan dipelihara sepanjang waktu hidup manusia.
Mengutip kembali buku Sederhana Itu Indah, menjaga dan memelihara kemabruran haji dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas keberagamaan. Baik dalam tataran iman, ibadah, amal saleh, maupun akhlak.
Peningkatan iman diwujudkan dengan menguatnya kesadaran seseorang tentang kebesaran dan keagungan Allah SWT. Peningkatan amal saleh diwujudkan dalam bentuk kepedulian sosial dan keberpihakan orang yang bersangkutan terhadap orang lemah dan kaum dhuafa.
Sedangkan peningkatan moral atau akhlak harus diupayakan melalui dua proses. Pertama, menghilangkan dan membersihkan diri dari berbagai sifat dan akhlak yang buruk. Dan yang kedua, menghiasi diri dengan berbagai akhlak yang mulia dan terpuji.
Itulah penjelasan mengenai haji mabrur. Semoga bermanfaat.
sumber: detik.com